Perpustakaan adalah gedung yang sangat vital di lingkungan kehidupan
Perguruan Tinggi. Pada dasarnya, sebuah gedung perpustakaan dibangun
guna menjadi pusat kegiatan mahasiswanya. Ketika pertama kali seseorang
masuk di lingkungan perguruan tinggi, umumnya seseorang lebih tertarik
untuk mengetahui lebih dahulu tentang gedung ini sebagai salah satu
sumber informasi dan pengetahuan. Sehingga pada akhirnya mereka sering
melaksanakan segala aktivitasnya di gedung yang satu ini. Mereka
berkunjung bukan hanya sekedar meminjam buku, mempelajari, dan meneliti.
Namun, bertemu teman-teman mereka, bahkan lebih menarik daripada
bertemu di suatu tempat yang lebih kental akan keramaian dan
hiruk-pikuk.
Perpustakaan memiliki makna lebih dari yang diharapkan daripada
sebuah simbol untuk belajar. Faktanya, tren yang berkembang saat ini
lebih dari itu. Perpustakaan ini melayani fungsi sosial yang penting
sebagai tempat berkumpul bahkan bersosialisasi yang dibentuk khusus
untuk menampung kolaborasi dan mendorong interaksi kegiatan di seluruh
aspek, bukan terpaku lagi dengan kegiatan belajar mengajar yang monoton.
Sehingga lambat laun, perilaku penggunanya pun terbentuk mengikuti
desain yang terjadi. Perpustakaan bukan hanya sebagai bangunan formal,
namun lebih pada bangunan yang fleksibel mengikuti perkembangan zaman,
tidak menimbulkan banyak kerugian, dan pemborosan sumber daya alam. Oleh
karena itu, pemanfaatan green library dirasa sangat tepat dalam
meningkatkan kinerja kepustakawanan, namun juga tetap memperhatikan
keadaan lingkungan sekitar.
Green building adalah sebuah konsep yang menawarkan kepada
penggunanya untuk meningkatkan efisiensi sumber daya yang dibutuhkan
untuk sebuah gedung, rumah, maupun fasilitas lainnya. Sumber daya yang
dimaksud adalah energi, air dan material-material pembentuknya. Pada
dasarnya, green building menitikberatkan pada masalah keindahan dan
keharmonisan antara struktur bangunan maupun lingkungan alamiah
disekitarnya dan tidak melupakan pula perbaikan lingkungan, walaupun
tidak berbeda dari bangunan lainnya. Green building ini dirancang
sedemikian rupa untuk menghemat energi dan harus ramah lingkungan.
Pada dasarnya, esensi Green Building adalah bagaimana bangunan bisa
didesain tanpa mengganggu keseimbangan ekologi dan iklim. Artinya konsep
ini lebih dari sekedar memiliki penampakan alami dan lebih dari sekedar
menggunakan bahan-bahan alami. Kriteria Green Building juga bisa
menjadi sangat relatif mengikut kondisi lokasinya yang bisa
berbeda-beda. Misalnya, di negara dimana banyak terjadi penebangan hutan
secara liar, yang disebabkan oleh tingkat penggunaan kayu yang tinggi
di satu pihak dan upaya reboisasi yang kurang memadai di lain pihak.
Maka di negara semacam itu, penggunaan kayu akan menjadi sangat
membebani lingkungan. Mungkin penggunaan material jenis lain yang akan
mengurangi konsumsi atau penggunaan kayu justru akan memberi efek green
yang diharapkan.
Sebenarnya, konsep green building ini sudah lama ada di negara-negara
maju seperti negara-negara di Eropa, Amerika Serikat, dan Jepang.
Namun, di Indonesia baru akhir-akhir populer dan semakin digalakkan
dalam implementasinya. Baik gedung pemerintah, hotel, perumahan, gedung
perkuliahan, bahkan gedung sekolah semakin banyak yang menerapkan konsep
ini. Hal ini merupakan bukti bahwa sebenarnya pemerintah telah berupaya
keras dalam peningkatan kesadaran lingkungan hidup.
Salah satu pembangunan yang spektakuler di Indonesia adalah konsep
sustainable oleh Perpustakaan Universitas Indonesia, dimana kebutuhan
energi yang dibutuhkan akan menggunakan sumber energi yang terbaharukan
dengan menggunakan energi matahari. Konsep ini berorientasi pada
lingkungan hidup (penghijauan kampus), pemanfaatan ruang, efisiensi
energi, penggunaan air, pengolahan limbah, dan sistem transportasi yang
ramah lingkungan.
Munculnya green library juga memberikan dampak yang positif bagi
kemajuan bidang perpustakaan. Walaupun konsep yang digunakan adalah
green library, perpustakaan masih tetap memperhatikan penyampaian
informasi yang selalu actual. Namun konsep pemanfaatan green library ini
juga masih memiliki banyak kendala. Memang dibutuhkan biaya yang mahal
untuk pengadaan dan perawatan bangunannya. Tidak semua (bahkan jarang)
perpustakaan di Indonesia dapat menerapkan ini, mengingat anggaran yang
diberikan pemerintah sedikit, sedangkan biaya operasionalnya tinggi.
Tapi setidaknya, Indonesia memiliki pilar-pilar yang dapat dijadikan
contoh yang baik, sehingga untuk kedepannya impian ini bisa terwujud
secara sempurna. Kalau tidak sekarang, kapan lagi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar