Total Tayangan Halaman

Selasa, 31 Mei 2011

BAHAYA MEROKOK

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Rokok merupakan benda yang sudah tak asing lagi bagi kita. Merokok sudah menjadi kebiasaan yang sangat umum dan meluas di masyarakat. Bahaya merokok terhadap kesehatan tubuh telah diteliti dan dibuktikan banyak orang. Efek-efek yang merugikan akibat merokok pun sudah diketahui dengan jelas. Banyak penelitian membuktikan kebiasaan merokok meningkatkan risiko timbulnya berbagai penyakit seperti penyakit jantung dan gangguan pembuluh darah, kanker paru-paru, kanker rongga mulut, kanker laring, kanker osefagus, bronkhitis, tekanan darah tinggi, impotensi serta gangguan kehamilan dan cacat pada janian. 

Pasien-pasien perokok juga berisiko tinggi mengalami komplikasi atau sukarnya penyembuhan luka setelah pembedahan termasuk bedah plastik dan rekonstruksi, operasi plastik pembentukan payudara dan operai yang menyangkut anggota tubuh bagian bawah. 

Pada kenyataannya kebiasaan merokok ini sulit dihilangkan dan jarang diakui orang sebagai suatu kebiasaan buruk. Apalagi orang yang merokok untuk mengalihkan diri dari stress dan tekanan emosi, lebih sulit melepaskan diri dari kebiasaan ini dibandingkan perokok yang tidak memiliki latar belakang depresi. 

Penelitian terbaru juga menunjukkan adanya bahaya dari seconhandsmoke yaitu asap rokok yang terhirup oleh orang-orang bukan perokok karena berada di sekitar perokok atau bisa disebut juga dengan perokok pasif. Rokok tidak dapat dipisahkan dari bahan baku pembuatannya yakni tembakau. Di Indonesia tembakau ditambah cengkih dan bahan-bahan lain dicampur untuk dibuat rokok kretek. Selain kretek tembakau juga dapat digunakan sebagai rokok linting, rokok putih, cerutu, rokok pipa dan tambakau tanpa asap (tembakau kunyah). 

Merokok telah diketahui dapat menyebabkan gangguan kesehatan. Gangguan kesehatan ini dapat disebabkan oleh nikotin yang berasal dari asap arus utama dan asap arus samping dari rokok yang dihisap oleh perokok. Dengan demikian penderita tidak hanya perokok sendiri (perokok aktif) tetapi juga orang yang berada di lingkungan asap rokok (Environmental Tobacco Smoke) atau disebut dengan perokok pasif. 

Berbagai usaha telah dilakukan oleh pihak-pihak yang peduli terhadap kesehatan lingkungan dari asap rokok, seperti larangan merokok di tempat-tempat umum, instalasi khusus, dan lain-lain. Bahkan peringatan pemerintah pada kemasan rokok yang menyatakan bahwa merokok dapat merugikan kesehatan tidak mendapatkan tanggapan baik dari masyarakat

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), lingkungan asap rokok adalah penyebab berbagai penyakit, dan juga dapat mengenai orang sehat yang bukan perokok. Paparan asap rokok yang dialami terus-menerus pada orang dewasa yang sehat dapat menambah resiko terkena penyakit paru-paru dan penyakit jantung sebesar 20 - 30 persen. 

Lingkungan asap rokok dapat memperburuk kondisi seseorang yang mengidap penyakit asma, menyebabkan bronkitis, dan pneumonia. Asap rokok juga menyebabkan iritasi mata dan saluran hidung bagi orang yang berada di sekitarnya. Pengaruh lingkungan asap tembakau dan kebiasaan ibu hamil merokok dapat menyebabkan gangguan kesehatan pada anaknya bahkan sebelum anak dilahirkan. Bayi yang lahir dari wanita yang merokok selama hamil dan bayi yang hidup di lingkungan asap rokok mempunyai resiko kematian yang sama.

Risiko yang dapat ditimbulkan oleh karena merokok sebenarnya dapat dikurangi bila diketahui kadar nikotin dalam asap rokok. Bila kadar ini dicantumkan maka calon perokok dapat memilih rokok dengan kandungan nikotin yang sekecil mungkin atau kandungan yang paling sedikit diantara jenis-jenis rokok. 

Pada saat ini banyak produsen rokok belum mencantumkan kadar nikotin dalam kemasannya maka perlu dilakukan pengukuran kadar nikotin yang dihasilkan oleh asap rokok dengan tujuan untuk mengetahui berapa kandungan nikotin yang dihasilkan oleh asap rokok dari berbagai macam merk rokok yang banyak beredar di pasaran. Asap rokok yang akan diukur adalah asap rokok yang dihisap oleh perokok (asap rokok arus utama) dan yang dilepaskan ke lingkungan sekelilingnya (asap arus samping) yang memungkinkan dihirup oleh orang lain yang berada di lingkungan tersebut.

Sebetulnya apa saja yang terkandung dalam asap sebatang rokok yang dihisap ? Tidak kurang dari 4000 zat kimia beracun. Zat kimia yang dikeluarkan ini terdiri dari komponen gas (85 persen) dan partikel. Nikotin, gas karbonmonoksida, nitrogen oksida, hidrogen sianida, amoniak, akrolein, asetilen, benzaldehid, urethan, benzen, methanol, kumarin, 4-etilkatekol, ortokresol dan perylene adalah sebagian dari beribu-ribu zat di dalam rokok.

1.2 Permasalahan
Dalam penulisan makalah ini, penulis merumuskan masalah yang dihadapi adalah
1. Apa saja yang terkandung dalam asap rokok ?
2. Apa penyebab seseorang merokok ?
3. Apa bahaya merokok bagi kesehatan ?
4. Bagaimana cara untuk berhenti merokok ?

1.3 Tujuan Permasalahan
Tujuan permasalahan yang dihadapi yang terdapat dalam makalah ini adalah
1. Mengetahui zat-zat berbahaya yang terkandung dalam asap rokok;
2. Mengetahui faktor-faktor yang meyebabkan seseorang merokok;
3. Mengetahui bahaya merokok bagi kesehatan;
4. Mengetahui cara untuk berhenti merokok.

1.4 Metode Penulisan
Dalam memperoleh data atau informasi yang akan digunakan untuk penulisan makalah ini, penulis menggunakan metode studi kepustakaan yakni dilakukan dengan mengambil referensi dari buku-buku dan internet yang relevan dengan topik penulisan makalah ini sebagai dasar untuk mengetahui dan memperkuat teori yang digunakan.



BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Rokok
Dari segi bahan, rokok mempunyai beberapa istilah. Yang dimaksud dengan rokok atau sigaret adalah terbuat dari daun tembakau, dan kretek adalah rokok dengan aroma dan rasa cengkeh. Jadi rokok kretek adalah rokok yang dibuat dari daun tembakau dan mempunyai campuran aroma dan rasa cengkeh. Masyarakat Jawa sebagai perokok pertama, juga mengenal istilah rokok putih, sebutan untuk rokok tanpa cengkeh (Joglosemar, 2003). Ada pula istilah rokok klobot yang terbuat dari daun jagung kering yang diisi dengan daun tembakau murni dan cengkeh.

Haji Jamhari diyakini sebagai pencipta rokok kretek dan mempopulerkannya pada sekitar tahun 1880. Rokok kretek buatannya sangat ampuh sebagai obat dengan racikan khas cengkeh dan tembakau. Haji Jamhari meninggal dunia pada tahun 1890, ketika sejumlah warga Kudus mulai mengikuti jejaknya membuat dan menjual rokok kretek, yang waktu itu masih dibungkus daun jagung kering dan disebut rokok klobot sesuai istilahnya dari dulu sampai sekarang (Jawa Pos, Kamis Legi, 28 Agustus 2003, halaman 16). 

Adalah M. Nitisemito yang juga dipercaya sebagai penemu dari rokok kretek (Joglo Semar, 2003) M Nitisemito berasal dari Kudus, sekitar 50 km arah timur Semarang, Jawa Tengah. Sekitar tahun 1906 , Nitisemito menderita batuk dan asma yang tak kunjung sembuh. Dikarenakan keputusasaan dalam menghadapi sakitnya, ia mencampur tembakau dicampur dengan cengkeh yang telah digiling dan dibungkus dengan daun jagung kering yang kemudian disebutnya sebagai rokok klobot. Nitisemito pun merasa sehat setelah merokok klobot tersebut dan bermaksud menularkan kebiasaannya tersebut secara luas kepada masyarakat.

Terlepas dari siapa yang menemukan rokok kretek untuk pertamakalinya, M Nitisemito adalah orang pertama yang memperdagangkan rokok kretek dengan kemasan dan diberi merek. Sebelumnya, Nitisemito hanyalah seorang priyayi yang senang merokok klobot sekaligus sebagai pedagang tembakau. Perkenalannya dengan dunia usaha rokok berawal dari pertemuannya dengan Nasilah, yang seorang pembuat dan penjual rokok klobot. Para pelanggannya adalah para buruh, penjaja, atau pedagang kaki lima dan sais dokar yang ada disekitar rumahnya.

Jalinan kerjasama antara Nitisemito dan Nasilah yang kemudian menjadi suami istri inilah merupakan titik balik sejarah industrialisasi rokok kretek di Indonesia. Dibawah bendera perusahaannya, NV Bal Tiga, Nitisemito menjual rokok kretek tersebut dengan merk Bal Tiga yang bermoto: “Djangan Loepa Saja Poenja Nama “(Jawa Pos, Kamis Legi, 28 Agustus 2003, halaman 16). Inilah rokok kretek pertama di Indonesia yang dicetak dengan baik dan menggunakan merk. Namun nasib perusahaan Nitisemito tak semulus perkembangan rokok kretek ciptaannya. Perusahaannya mengalami bangkrut pada tahun 1953, disebabkan karena ketidak mampuannya bersaing dengan pesaing yang semakin banyak menyusul tumbuh pesatnya industri rokok kretek (Joglosemar, 2003).

Selain Bal Tiga, tercatat merek lain yang muncul hampir bersamaan di Kudus . Pada tahun 1913 berdirilah perusahaan rokok Goenoeng dan Klapa yang didirikan oleh M Atmowijoyo. Namun M Atmowijoyo tidak mengubah usahanya menjadi sebuah industri seperti halnya yang dilakukan oleh M Nitisemito. Hingga saat ini, perusahaan yang memproduksi merek Goenoeng dan Klapa masih memproduksi rokok klobot yang dibuat dengan tangan dan diikat dengan tali rami (Jawa Pos, Kamis Legi, 28 Agustus 2003, halaman 16).

Sejarah juga mencatat sejumlah perusahaan yang mengikuti jejak Nitisemito mendirikan industri rokok. Perusahaan rokok tersebut antara lain Nojorono yang didirikan tahun 1932. Nojorono dibangun oleh Tjoa Kang Hay dan dua kakaknya yaitu Tan Tjiep Siang dan Tan Kong Ping dengan nama perusahaan Trio. Produk-produk yang dihasilkan antara lain adalah Astrokoro, 555, dan Kaki Tiga. Beberapa waktu kemudian Tjoa Kang Hay meninggalkan perusahaan Trio untuk kemudian bekerjasamadengan pengusaha dari Kudus yaitu Ko Djie Siong dan Tan Djing Dhay untuk mendirikan perusahaan Nojorono. Produk yang masih terkenal sampai saat ini adalah Minak Djinggo (Jawa Pos, Kamis Legi, 28 Agustus 2003, halaman 16).

Perkembangan pabrik rokok kretek pun lebih banyak berkembang di pulau Jawa. Tercatat beberapa pabrik rokok besar di pulau Jawa misalnya Djambu Bol yang didirikan tahun 1937 oleh Haji Roesjdi Ma’roef, Sukun, Jarum di Jawa Tengah serta Bentoel, Gudang Garam, dan Sampurna di Jawa Timur termasuk beberapa pabrik kecil lainnya misalnya Menara di Solo, Retjo Pentoeng di Kediri, atau Pompa di Semarang (Kompas, 29 September 2000). Hal ini menunjukkan bahwa rokok merupakan lahan usaha yang berkembang pesat dan menjanjikan dalam bidang perekonomian, baik bagi pengusaha, maupun bagi pemerintah dengan pendapatan dari pajaknya.

2.2 Kandungan Asap Rokok
Mungkin anda sudah tahu bahwa menghisap asap rokok orang lain di dekat anda lebih berbahaya bagi anda (perokok pasif)daripada bagi si perokok itu sendiri (perokok aktif)Asap Utamaadalah asap rokok yang terhisap langsung masuk ke paru-paru perokok lalu di hembuskan kembali. Asap Sampingan adalah asap rokok yang dihasilkan oleh ujung rokok yang terbakarMasalahnya adalah, udara yang mengandung asap rokok yang anda hisap, akan mengganggu kesehatan, karena asap rokok mengandung banyak zat-zat berbahaya, diantaranya :
1. Zat Kimia
Rokok tentu tidak dapat dipisahkan dari bahan baku pembuatannya, yakni tembakau. Di Indonesia, tembakau ditambah cengkih dan bahan-bahan lain dicampur untuk dibuat rokok kretek. Selain kretek, tembakau juga dapat digunakan sebagai rokok linting, rokok putih, cerutu, rokok pipa, dan tembakau tanpa asap (chewing tobacco atau tembakau kunyah).
Komponen gas asap rokok adalah karbon monoksida, amoniak, asam hidrosianat, nitrogen oksida, dan formaldehid. Partikelnya berupa tar, indol, nikotin, karbarzol, dan kresol. Zat-zat ini beracun, mengiritasi, dan menimbulkan kanker (karsinogen).

2. Timah Hitam (Pb)
Timah hitam yang dihasilkan oleh sebatang rokok sebanyak 0,5 ug. Sebungkus rokok (isi 20 batang) yang habis diisap dalam satu hari akan menghasilkan 10 ug. Sementara ambang batas bahaya timah hitam yang masuk ke dalam tubuh adalah 20 ug per hari. Bisa dibayangkan, bila seorang perokok berat menghisap rata-rata 2 bungkus rokok per hari, berapa banyak zat berbahaya ini masuk ke dalam tubuh!.

3. Tar
Tar adalah kumpulan dari beribu-ribu bahan kimia dalam komponen padat asap rokok, dan bersifat karsinogen. Pada saat rokok dihisap, tar masuk ke dalam rongga mulut sebagai uap padat. Setelah dingin, akan menjadi padat dan membentuk endapan berwarna cokelat pada permukaan gigi, saluran pernapasan, dan paru-paru. Pengendapan ini bervariasi antara 3-40 mg per batang rokok, sementara kadar tar dalam rokok berkisar 24 – 45 mg. Mengandung bahan kimia yang beracun, sebagainya merusak sel paru-paru dan meyebabkan kanker.

4. Karbon Monoksida (CO)
Karbon Monoksida memiliki kecenderungan yang kuat untuk berikatan dengan hemoglobin dalam sel-sel darah merah. Seharusnya, hemoglobin ini berikatan dengan oksigen yang sangat penting untuk pernapasan sel-sel tubuh, tapi karena gas CO lebih kuat daripada oksigen, maka gas CO ini merebut tempatnya “di sisi” hemoglobin. Jadilah, hemoglobin bergandengan dengan gas CO. Kadar gas CO dalam darah bukan perokok kurang dari 1 persen, sementara dalam darah perokok mencapai 4 – 15 persen. Gas Karbon Monoksida (CO) bersifat beracun yang dapat mengakibatkan berkurangnya kemampuan darah membawa oksigen.

5. Nikotin
Zat yang paling sering dibicarakan dan diteliti orang, meracuni saraf tubuh, meningkatkan tekanan darah, menimbulkan penyempitan pembuluh darah tepi, dan menyebabkan ketagihan dan ketergantungan pada pemakainya. Kadar nikotin 4-6 mg yang diisap oleh orang dewasa setiap hari sudah bisa membuat seseorang ketagihan. Di Amerika Serikat, rokok putih yang beredar di pasaran memiliki kadar 8-10 mg nikotin per batang, sementara di Indonesia berkadar nikotin 17 mg per batang.Salah satu jenis obat perangsang yang dapat merusak jantung dan sirkulasi darah, nikotin membuat pemakainya kecanduan.

Gambar 2.1
Kandungan Asap Rokok


2.3 Penyebab Seseorang Merokok
Berdasarkan hasil riset Lembaga Menanggulangi Masalah Merokok (Republika, 1988) melaporkan bahwa anak-anak di Indonesia sudah ada yang mulai merokok pada usia 9 tahun. Smet (1994) mengatakan bahwa usia pertama kali merokok pada umumnya berkisar antara usia 11–13 tahun dan mereka pada umumnya merokok sebelum usia 18 tahun. Data WHO juga semakin mempertegas bahwa seluruh jumlah perokok yang ada di dunia sebanyak 30% adalah kaum remaja (Republika, 1998). 

Ada banyak alasan yang melatar belakangi perilaku merokok pada remaja. Secara umum menurut Kurt Lewin, bahwa perilaku merokok merupakan fungsi dari lingkungan dan individu. Artinya, perilaku merokok selain disebabkan faktor-faktor dari dalam diri, juga disebabkan faktor lingkungan.

Faktor dari dalam remaja dapat dilihat dari kajian perkembangan remaja. Remaja mulai merokok dikatakan oleh Erikson (Gatchel, 1989) berkaitan dengan adanya krisis aspek psikososial yang dialami pada masa perkembangannya yaitu masa ketika mereka sedang mencari jati dirinya. Upaya-upaya untuk menemukan jati diri tersebut, tidak semua dapat berjalan sesuai dengan harapan masyarakat. Beberapa remaja melakukan perilaku merokok sebagai cara kompensatoris. Seperti yang dikatakan oleh Brigham (1991) bahwa perilaku merokok bagi remaja merupakan perilaku simbolisasi. Simbol dari kematangan, kekuatan, kepemimpinan, dan daya tarik terhadap lawan jenis.

Menurut Klinke & Meeker (Aritonang, 1997) bahwa motif para perokok adalah relaksasi. Dengan merokok dapat mengurangi ketegangan, memudahkan konsentrasi, pengalaman yang menyenangkan, dan relaksasi.

Menurut Leventhal & Clearly (Cahyani, 1995) terdapat 4 tahap dalam perilaku merokok sehingga menjadi perokok, yaitu
1. Tahap Prepatory, yaitu seseorang mendapatkan gambaran yang menyenangkan mengenai merokok dengan cara mendengar, melihat, atau dari hasil bacaan. Hal-hal ini menimbulkan minat untuk merokok.
2. Tahap Initiation (tahap perintisan merokok), yaitu tahap apakah seseorang akan meneruskan ataukah tidak terhadap perilaku merokok.
3. Tahap becoming a smoker, yaitu apabila seseorang telah mengkonsumsi rokok sebanyak 4 batang per hari maka mempunyai kecenderungan menjadi perokok.
4. Tahap maintenance of smoking, yaitu merokok sudah menjadi salah satu bagian dari cara pengaturan diri (self-regulating). Merokok dilakukan untuk memperoleh efek fisiologis yang menyenangkan.

Selain faktor perkembangan remaja dan kepuasan psikologis, masih banyak dari luar individu yang berpengaruh pada proses pembentukan perilaku merokok. Pada dasarnya perilaku merokok adalah perilaku yang dipelajari. Hal itu berarti ada pihak-pihak yang berpengaruh besar dalam proses sosialisasi. Konsep sosialisasi pertama berkembang dari Sosiologi dan Psikologi Sosial yang merupakan suatu proses transmisi nilai-nilai, sistem belief, sikap ataupun perilaku-perilaku dari generasi sebelumnya kepada generasi berikutnya (Durkin, 1995). Adapun tujuan sosialisasi ini adalah agar generasi berikutnya mempunyai sistem nilai yang sesuai dengan tuntutan norma yang diinginkan oleh kelompok, sehingga individu dapat diterima dalam suatu kelompok. 

2.4 Bahaya Merokok Bagi Kesehatan
2.4.1 Dampak Merokok Jangka Pendek
Dampak negatif dari rokok, sesungguhnya sudah mulai terasa pada waktu orang baru mulai menghisap rokok. Dalam asap rokok yang membara karena diisap, tembakau terbakar kurang sempurna sehingga menghasilkan CO (karbon mono oksida), yang disamping asapnya sendiri, tar dan nikotin (yang terjadi juga dari pembakaran tembakau tersebut) dihirup masuk ke dalam jalan napas.
1. Tar, CO, dan Nikotin tersebut berpengaruh terhadap syaraf yang menyebabkan :
v Gelisah, tangan gemetar (tremor)
v Cita rasa / selera makan berkurang
v Ibu-ibu hamil yang suka merokok dapat kemungkinan keguguran kandungannya
2. Tar dan Asap Rokok tersebut berpengaruh merangsang jalan napas, dan tar tersebut tertimbun disaluran itu yang menyebabkan :
v Batuk-batuk atau sesak napas
v Tar yang menempel di jalan napas dapat menyebabkan kanker jalan napas, lidah atau bibir
3. Nikotin dapat merangsang bangkitnya adrenalin hormon dari anak ginjal yang menyebabkan :
v Jantung berdebar-debar
v Meningkatkan tekanan darah serta kadar kholesterol dalam darah, tang erat dengan terjadinya serangan jantung
4. Gas CO (Karbon Mono Oksida) juga berpengaruh negatif terhadap jalan napas dari pembuluh darah. Karbon mono oksida lebih mudah terikat pada hemoglobin daripada oksigen. Oleh sebab itu, darah orang yang kemasukan CO banyak, akan berkurang daya angkutnya bagi oksigen dan orang dapat meninggal dunia karena keracunan karbon mono oksida. Pada seorang perokok tidak akan sampai terjadi keracunan CO, namun pengaruh CO yang dihirup oleh perokok dengan sedikit demi sedikit, dengan lambat namun pasti akan berpengaruh negatif pada jalan napas dan pada pembuluh darah.

Selama beberapa tahun terakhir, para ilmuwan telah membuktikan bahwa zat-zat kimia yang dikandung asap rokok dapat mempengaruhi orang-orang yang tidak merokok di sekitarnya.

Perokok pasif dapat meningkatkan risiko penyakit kanker paru-paru dan jantung koroner. Lebih dari itu menghisap asap rokok orang lain dapat memperburuk kondisi pengidap penyakit :
1. Angina, yaitu nyeri dada akibat penyempitan pembuluh darah pada jantung.
2. Asma, yaitu mengalami kesulitan bernafas.
3. Alergi, yaitu sensitif terhadap sesuatu.

2.4.2 Dampak Merokok Jangka Panjang
Akibat merokok jangka panjang yang di derita perokok, diantaranya :
1. Dampak Terhadap Paru-Paru
Merokok dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsi saluran napas dan jaringan paru-paru. Pada saluran napas besar, sel mukosa membesar (hipertrofi) dan kelenjar mucus bertambah banyak (hiperplasia). Pada saluran napas kecil, terjadi radang ringan hingga penyempitan akibat bertambahnya sel dan penumpukan lendir. Pada jaringan paru-paru, terjadi peningkatan jumlah sel radang dan kerusakan alveoli.

Akibat perubahan anatomi saluran napas, pada perokok akan timbul perubahan pada fungsi paru-paru dengan segala macam gejala klinisnya. Hal ini menjadi dasar utama terjadinya penyakit obstruksi paru menahun (PPOM). Dikatakan merokok merupakan penyebab utama timbulnya PPOM, termasuk emfisema paru-paru, bronkitis kronis, dan asma.

Hubungan antara merokok dan kanker paru-paru telah diteliti dalam 4-5 dekade terakhir ini. Didapatkan hubungan erat antara kebiasaan merokok, terutama sigaret, dengan timbulnya kanker paru-paru. Bahkan ada yang secara tegas menyatakan bahwa rokok sebagai penyebab utama terjadinya kanker paru-paru.

Partikel asap rokok, seperti benzopiren, dibenzopiren, dan uretan, dikenal sebagai bahan karsinogen. Juga tar berhubungan dengan risiko terjadinya kanker. Dibandingkan dengan bukan perokok, kemungkinan timbul kanker paru-paru pada perokok mencapai 10-30 kali lebih sering.

2. Dampak Terhadap Jantung
Banyak penelitian telah membuktikan adanya hubungan merokok dengan penyakit jantung koroner (PJK). Dari 11 juta kematian per tahun di negara industri maju, WHO melaporkan lebih dari setengah (6 juta) disebabkan gangguan sirkulasi darah, di mana 2,5 juta adalah penyakit jantung koroner dan 1,5 juta adalah stroke. Survei Depkes RI tahun 1986 dan 1992, mendapatkan peningkatan kematian akibat penyakit jantung dari 9,7 persen (peringkat ketiga) menjadi 16 persen (peringkat pertama).

Merokok menjadi faktor utama penyebab penyakit pembuluh darah jantung tersebut. Bukan hanya menyebabkan penyakit jantung koroner, merokok juga berakibat buruk bagi pembuluh darah otak dan perifer.

Asap yang diembuskan para perokok dapat dibagi atas asap utama (main stream smoke) dan asap samping (side stream smoke). Asap utama merupakan asap tembakau yang dihirup langsung oleh perokok, sedangkan asap samping merupakan asap tembakau yang disebarkan ke udara bebas, yang akan dihirup oleh orang lain atau perokok pasif.

Telah ditemukan 4.000 jenis bahan kimia dalam rokok, dengan 40 jenis di antaranya bersifat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker), di mana bahan racun ini lebih banyak didapatkan pada asap samping, misalnya karbon monoksida (CO) 5 kali lipat lebih banyak ditemukan pada asap samping daripada asap utama, benzopiren 3 kali, dan amoniak 50 kali. Bahan-bahan ini dapat bertahan sampai beberapa jam lamanya dalam ruang setelah rokok berhenti.

Umumnya fokus penelitian ditujukan pada peranan nikotin dan CO. Kedua bahan ini, selain meningkatkan kebutuhan oksigen, juga mengganggu suplai oksigen ke otot jantung (miokard) sehingga merugikan kerja miokard.

Nikotin mengganggu sistem saraf simpatis dengan akibat meningkatnya kebutuhan oksigen miokard. Selain menyebabkan ketagihan merokok, nikotin juga merangsang pelepasan adrenalin, meningkatkan frekuensi denyut jantung, tekanan darah, kebutuhan oksigen jantung, serta menyebabkan gangguan irama jantung. Nikotin juga mengganggu kerja saraf, otak, dan banyak bagian tubuh lainnya. Nikotin mengaktifkan trombosit dengan akibat timbulnya adhesi trombosit (penggumpalan) ke dinding pembuluh darah.

Karbon monoksida menimbulkan desaturasi hemoglobin, menurunkan langsung persediaan oksigen untuk jaringan seluruh tubuh termasuk miokard. CO menggantikan tempat oksigen di hemoglobin, mengganggu pelepasan oksigen, dan mempercepat aterosklerosis (pengapuran/penebalan dinding pembuluh darah). Dengan demikian, CO menurunkan kapasitas latihan fisik, meningkatkan viskositas darah, sehingga mempermudah penggumpalan darah.

Nikotin, CO, dan bahan-bahan lain dalam asap rokok terbukti merusak endotel (dinding dalam pembuluh darah), dan mempermudah timbulnya penggumpalan darah. Di samping itu, asap rokok mempengaruhi profil lemak. Dibandingkan dengan bukan perokok, kadar kolesterol total, kolesterol LDL, dan trigliserida darah perokok lebih tinggi, sedangkan kolesterol HDL lebih rendah.

3. Penyakit Jantung Koroner
Merokok terbukti merupakan faktor risiko terbesar untuk mati mendadak. Risiko terjadinya penyakit jantung koroner meningkat 2-4 kali pada perokok dibandingkan dengan bukan perokok. Risiko ini meningkat dengan bertambahnya usia dan jumlah rokok yang diisap. Penelitian menunjukkan bahwa faktor risiko merokok bekerja sinergis dengan faktor-faktor lain, seperti hipertensi, kadar lemak atau gula darah yang tinggi, terhadap tercetusnya PJK.

Perlu diketahui bahwa risiko kematian akibat penyakit jantung koroner berkurang dengan 50 persen pada tahun pertama sesudah rokok dihentikan. Akibat penggumpalan (trombosis) dan pengapuran (aterosklerosis) dinding pembuluh darah, merokok jelas akan merusak pembuluh darah perifer.

PPDP yang melibatkan pembuluh darah arteri dan vena di tungkai bawah atau tangan sering ditemukan pada dewasa muda perokok berat, sering akan berakhir dengan amputasi.

4. Penyakit Stroke
Penyumbatan pembuluh darah otak yang bersifat mendadak atau stroke banyak dikaitkan dengan merokok. Risiko stroke dan risiko kematian lebih tinggi pada perokok dibandingkan dengan bukan perokok.

Dalam penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat dan Inggris, didapatkan kebiasaan merokok memperbesar kemungkinan timbulnya AIDS pada pengidap HIV. Pada kelompok perokok, AIDS timbul rata-rata dalam 8,17 bulan, sedangkan pada kelompok bukan perokok timbul setelah 14,5 bulan. Penurunan kekebalan tubuh pada perokok menjadi pencetus lebih mudahnya terkena AIDS sehingga berhenti merokok penting sekali dalam langkah pertahanan melawan AIDS.

Kini makin banyak diteliti dan dilaporkan pengaruh buruk merokok pada ibu hamil, impotensi, menurunnya kekebalan individu, termasuk pada pengidap virus hepatitis, kanker saluran cerna, dan lain-lain. Dari sudut ekonomi kesehatan, dampak penyakit yang timbul akibat merokok jelas akan menambah biaya yang dikeluarkan, baik bagi individu, keluarga, perusahaan, bahkan negara.

Penyakit-penyakit yang timbul akibat merokok mempengaruhi penyediaan tenaga kerja, terutama tenaga terampil atau tenaga eksekutif, dengan kematian mendadak atau kelumpuhan yang timbul jelas menimbulkan kerugian besar bagi perusahaan. Penurunan produktivitas tenaga kerja menimbulkan penurunan pendapatan perusahaan, juga beban ekonomi yang tidak sedikit bagi individu dan keluarga. Pengeluaran untuk biaya kesehatan meningkat, bagi keluarga, perusahaan, maupun pemerintah.

5. Rusaknya Sistem Reproduksi
Studi tentang rokok dan reproduksi yang dilakukan sepanjang 2 dekade itu berkesimpulan bahwa merokok dapat menyebabkan rusaknya sistim reproduksi seseorang mulai dari masa pubertas sampai usia dewasa

Pada penelitian yang dilakukan Dr. Sinead Jones, direktur The British Medical Assosiation’s Tobacco Control Resource Centre, ditemukan bahwa wanita yang merokok memiliki kemungkinan relatif lebih kecil untuk mendapatkan keturunan.

Pria akan mengalami 2 kali resiko terjadi infertil (tidak subur) serta mengalami resiko kerusakan DNA pada sel spermanya. Sedangkan hasil penelitian pada wanita hamil terjadi peningkatan insiden keguguran. Penelitian tersebut mengatakan dari 3000 sampai 5000 kejadian keguguran per tahun di Inggris, berhubungan erat dengan merokok. 120.000 pria di Inggris yang berusia antara 30 sampai 50 tahun mengalami impotensi akibat merokok. Lebih buruk lagi, rokok berimplikasi terhadap 1200 kasus kanker rahim per tahunnya.

6. Menopause Dini Pada Wanita
Perempuan yang merokok sangat mungkin untuk mulai memasuki masa menopause sebelum usia 45 tahun dan juga membuat mereka menghadapi resiko osteoporosis dan serangan jantung, demikian laporan beberapa peneliti Norwegia.

“Di antara sebanyak 2.123 perempuan yang berusia 59 sampai 60 tahun, mereka yang saat ini merokok, 59% lebih mungkin mengalami menopause dini dibandingkan dengan perempuan yang tidak merokok,” kata Dr. Thea F. Mikkelsen dari University of Oslo dan rekannya.

Bagi perokok paling berat, resiko menopause dini hampir dua kali lipat. Namun, perempuan yang dulunya merokok, tapi berhenti setidaknya 10 tahun sebelum menopause, pada dasarnya kurang mungkin untuk berhenti menstruasi dibandingkan dengan perokok sebelum usia 45 tahun.

Ada bukti bahwa merokok belakangan dalam kehidupan membuat seorang perempuan lebih mungkin untuk mengalami menopause dini, sedangkan perokok yang berhenti sebelum berusia setengah baya mungkin tak terpengaruh, kata Mikkelsen dan timnya di dalam jurnal Online, BMC Public Health.

Mereka meneliti hubungan lebih lanjut dan menetapkan apakah menjadi perokok pasif juga mungkin mempengaruhi waktu menopause. Para peneliti tersebut mendapati bahwa hampir 10% perempuan memasuki menopause sebelum usia 45 tahun.

7. Ketergantungan
Akibat kronik yang paling gawat dari penggunaan nikotin adalah ketergantungan. Sekali seseorang menjadi perokok, akan sulit mengakhiri kebiasaan itu baik secara fisik maupun psikologis. Merokok menjadi sebuah kebiasaan yang kompulsif, dimulai dengan upacara menyalakan rokok dan menghembuskan asap yang dilakukan berulang-ulang.

Karena sifat adiktifnya (membuat seseorang menjadi ketagihan) rokok dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM IV) dikelompokkan menjadi Nicotine Related Disorders. Sedangkan WHO menggolongkannya sebagai bentuk ketagihan. Proses farmakologis dan perilaku yang menentukan ketagihan tembakau sama dengan proses yang menimbulkan ketagihan pada obat, seperti heroin dan kokain.

Nikotin mempunyai sifat mempengaruhi dopamin otak dengan proses yang sama seperti obat-obatan tersebut. Dalam urutan sifat ketagihan zat psikoaktif, nikotin lebih menimbulkan ketagihan dibanding heroin, kokain, alkohol, kafein dan marijuana. Menurut Flemming, Glyn dan Ershler merokok merupakan tingkatan awal untuk menjadi penyalahguna obat-obatan (drug abuse). Mencoba merokok secara signifikan membuka peluang penggunaan obat-obatan terlarang di masa yang akan datang.

Berdasarkan data epidemiologi diketahui kurang lebih 20% dari perokok memiliki risiko delapan kali menjadi penyalahguna NAPZA, dan berisiko sebelas kali untuk menjadi peminum berat dibandingkan dengan mereka yang tidak merokok. Perhatian khusus mengenai masalah ini dikaitkan dengan meningkatnya jumlah perokok remaja.

Menangani masalah kebiasaan merokok pada remaja diharapkan dapat mencegah masalah yang akan timbul dikemudian hari berkaitan kebiasaan tersebut, salah satunya adalah pencegahan penyalahgunaan narkoba. Menurut Teddy Hidayat, Spesialis Kedokteran Jiwa, Remaja yang berisiko tinggi adalah remaja-remaja yang memiliki sifat pemuasaan segera, kurang mampu menunda keinginan, merasa kosong dan mudah bosan, mudah cemas, gelisah, dan depresif.

Pemahaman tentang kebiasaan merokok dan kecenderungan sifat kepribadian seseorang akan sangat membantu upaya menghentikan kebiasaan yang merugikan tersebut. Untuk pencegahan kebiasaan merokok pada anak-anak dan remaja. Orang tua serta guru memegang peranan besar untuk mengawasi, memberikan informasi yang benar dan yang terpenting tidak menjadi contoh perilaku individu yang ketagihan kebiasaan merokok.

8. Gangguan Kesehatan Jiwa
Merokok berkaitan erat dengan disabilitas dan penurunan kualitas hidup. Dalam sebuah penelitian di Jerman sejak tahun 1997-1999 yang melibatkan 4.181 responden, disimpulkan bahwa responden yang memilki ketergantungan nikotin memiliki kualitas hidup yang lebih buruk, dan hampir 50% dari responden perokok memiliki setidaknya satu jenis gangguan kejiwaan. Selain itu diketahui pula bahwa pasien gangguan jiwa cenderung lebih sering menjadi perokok, yaitu pada 50% penderita gangguan jiwa, 70% pasien maniakal yang berobat rawat jalan dan 90% dari pasien-pasien skizrofen yang berobat jalan.

Berdasaran penelitian dari CASA (Columbian University`s National Center On Addiction and Substance Abuse), remaja perokok memiliki risiko dua kali lipat mengalami gejala-gejala depresi dibandingkan remaja yang tidak merokok. Para perokok aktif pun tampaknya lebih sering mengalami serangan panik dari pada mereka yang tidak merokok Banyak penelitian yang membuktikan bahwa merokok dan depresi merupakan suatu hubungan yang saling berkaitan. Depresi menyebabkan seseorang merokok dan para perokok biasanya memiliki gejala-gejala depresi dan kecemasan (ansietas).

Sebagian besar penderita depresi mengaku pernah merokok di dalam hidupnya. Riwayat adanya depresi pun berkaitan dengan ada tidaknya gejala putus obat (withdrawal) terhadap nikotin saat seseorang memutuskan berhenti merokok. Sebanyak 75% penderita depresi yang mencoba berhenti merokok mengalami gejala putus obat tersebut. Hal ini tentunya berkaitan dengan meningkatnya angka kegagalan usaha berhenti merokok dan relaps pada penderita depresi.

Selain itu, gejala putus zat nikotin mirip dengan gejala depresi. Namun, dilaporkan bahwa gejala putus obat yang dialami oleh pasien depresi lebih bersifat gejala fisik misalnya berkurangnya konsentrasi, gangguan tidur, rasa lelah dan peningkatan berat badan).

Nikotin sebagai obat gangguan kejiwaan Merokok sebagai salah satu bentuk terapi untuk gangguan kejiwaan masih menjadi perdebatan yang kontroversial. Gangguan kejiwaan dapat menyebabkan seseorang untuk merokok dan merokok dapat menyebabkan gangguan kejiwaan, walau jumlahnya sangat sedikit, sekitar 70% perokok tidak memiliki gejala gangguan jiwa.

Secara umum merokok dapat menyebabkan peningkatan konsentrasi, menekan rasa lapar, menekan kecemasan, dan depresi. Dalam beberapa penelitian nikotin terbukti efektif untuk pengobatan depresi. Pada dasarnya nikotin memberikan peluang yang menjanjikan untuk digunakan sebagai obat psikoaktif. Namun nikotin memiliki terapheutic index yang sangat sempit, sehingga rentang antara dosis yang tepat untuk terapi dan dosis yang bersifat toksis sangatlah sempit.

Sehingga dipikirkan suatu bentuk pemberian nikotin tidak dalam bentuk murni tetapi dalam bentuk analognya. Namun, kerangka pemikiran pemberian nikotin sebagai obat tidaklah dalam bentuk kebiasaan merokok. Seperti halnya morfin yang digunakan sebagai obat analgesik kuat (penahan rasa sakit), pemberiannya harus dalam pengawasan dokter. Gawatnya, saat ini nikotin bisa didapatkan dengan bebas dan mudah dalam sebatang rokok, hal ini perlu diwaspadai karena kebiasaan merokok tidak lantas menjadi sebuah pembenaran untuk pengobatan gejala gangguan kejiwaan.

2.5 Cara Berhenti Merokok
Berhenti merokok memang tak semudah membalikan telapak tangan, apalagi jika berada di lingkungan perokok berat. Bisa-bisa tergoda dan kembali merokok. Usaha itu bertambah sulit karena nikotin bersifat adiktif alias membuat ketagihan. Apalagi pabrik menambahkan zat tambahan agar rasa rokok kian memenuhi keinginan konsumen. Zat-zat tambahan inilah yang dapat meningkatkan kinerja dari nikotin

Menurut dr. Albert Maramis, SpKJ., staf Departemen Psikiatri FKUI dan perwakilan WHO Indonesia. Dari beberapa penelitian ditemukan bahwa 70-80 persen perokok ingin berhenti merokok. Tapi sayang ada yang tiga sampai empat kali mencoba, tetapi belum berhasil juga. “Memang, sifat adiktifnya tidak seberat narkotika dan obat-obat berbahaya, namun tetap saja sulit dilepaskan,“ papar spesialis penyembuhan aneka kebergantungan itu. Menurutnya ada beberapa alasan mengapa kebiasaan rokok itu sulit dihilangkan. Pertama, rokok itu legal kedua, bisa dibeli dengan mudah termasuk di kafetaria rumah sakit, ketiga, mereka merasa tidak bersalah karena banyak orang melakukan hal yang sama. Keempat, taraf ketagihan rokok masih ringan, sehingga perokok seringkali menunda untuk berhenti merokok.

Menurut Albert, sebagian orang yang berusaha melepaskan diri dari rokok pada awalnya akan mengalami banyak gangguan. Mulai dari isomnia, mudah tersinggung, menurunnya konsentrasi dan daya pikir, kecemasan, penurunan detak jatung dan bertambahnya berat badan. Gejala ini timbul waktu beberapa jam setelah berhenti merokok, sehingga mendorong orang untuk merokok kembali. Angka kambuh sangat tinggi, 60 persen orang yang mencoba berhenti merokok akan kambuh lagi dalam tiga bulan, jadi tidak ada jalan lain bagi yang benar-benar ingin berhenti selain mencoba terus untuk berhenti.

Jika ingin berhenti merokok sendiri cobalah beberapa tips ini :
1. Tumbuhkan niat kuat untuk berhenti merokok. Karena hanya dengan keinginan saja tidak akan berhasil.
2. Pilih satu hari untuk mulai berhenti merokok dan pilih keesokan harinya dan berikutnya
3. Jauhi rokok, jangan sentuh rokok sama sekali. Karena kalau anda hanya ingin mengurangi, maka anda tidak akan berhasil sama sekali lepas dari kebiasaan merokok.
4. Kalau perlu, belajarlah self hypnosis anda juga bisa mengasosikan rokok sebagai sesuatu yang tidak enak dan menjijikan atau hubungan dengan momen anda benar-benar tergugah untuk stop merokok.
5. Alihkan rokok dengan mengonsumsi permen atau cemilan rendah kalori.
6. Konsumsi vitamin, mineral,buah, sayuran dan banyak minum air putih(hal ini baik untuk detoksifikasi tubuh), usahakan minum air putih beberapa gelas setiap kali bangun pagi.
7. Rutin berolahraga.
8. Sadarlah bahwa nanti kita akan merasa marah, terganggu dan ingin sekali merokok, itulah tanda efek ketagihan nikotin. Itu akan menganggu kita seperti anak kecil, cuekin aja !seperti anak kecil kalau dicuekin ia bakal pergi.
9. Pikirkan waktu kita biasanya merokok, saat pesta, sebelum tidur, kumpul sama teman. Cari bagaimana caranya kita bisa melewati keadaan tersebut tanpa rokok dengan menyibukan mulut dan tangan.
10. Hindari teman yang medorong merokok. Cari teman yang juga ingin berhenti merokok atau tegaskan anda sedang ingin berhenti merokok.

Sudah seharusnya upaya menghentikan kebiasaan merokok menjadi tugas dan tanggung jawab dari segenap lapisan masyarakat. Usaha penerangan dan penyuluhan, khususnya di kalangan generasi muda, dapat pula dikaitkan dengan usaha penanggulangan bahaya narkotika, usaha kesehatan sekolah, dan penyuluhan kesehatan masyarakat pada umumnya.

Tokoh-tokoh panutan masyarakat, termasuk para pejabat, pemimpin agama, guru, petugas kesehatan, artis, dan olahragawan, sudah sepatutnya menjadi teladan dengan tidak merokok. Perlu pula pembatasan kesempatan merokok di tempat-tempat umum, sekolah, kendaraan umum, dan tempat kerja; pengaturan dan penertiban iklan promosi rokok; memasang peringatan kesehatan pada bungkus rokok dan iklan rokok.

Iklim tidak merokok harus diciptakan. Ini harus dilaksanakan serempak oleh kita semua, yang menginginkan tercapainya negara dan bangsa Indonesia yang sehat dan makmur.



BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Bahaya merokok terhadap kesehatan tubuh telah diteliti dan dibuktikan oleh banyak orang. Asap rokok yang dihirup oleh orang yang tidak merokok (perokok pasif) akan lebih berbahaya daripada si perokok itu sendiri. Karena udara yang tercemar asap rokok tersebut mengandung banyak zat-zat yang berbahaya, diantaranya : zat kimia, timah hitam (Pb), tar, karbon monoksida (CO), dan nikotin.

Seseorang mulai merokok dimulai sejak remaja yang disebabkan oleh faktor internal (perkembangan masa remaja) dan faktor eksternal (lingkungan sekitar). Bahaya merokok bagi kesehatan untuk dampak jangka pendek yaitu batuk-batuk, sesak napas, tangan gemetar, jantung berdebar-debar. Sedangkan bahaya merokok untuk dampak jangka panjang yaitu dampak terhadap paru-paru dan jantung; penyakit jantung koroner dan stroke; rusaknya sistem reproduksi, menopause dini pada wanita; ketergantungan; dan ganguan ksehatan jiwa.

Usaha untuk berhenti merokok pada seseorang tidak mudah karena nikotin bersifat adiktif alias membuat ketagihan. Hal-hal yang bisa dilakukan untuk berhenti merokok yaitu :
11. Tumbuhkan niat kuat untuk berhenti merokok. Karena hanya dengan keinginan saja tidak akan berhasil.
12. Pilih satu hari untuk mulai berhenti merokok dan pilih keesokan harinya dan berikutnya.
13. Jauhi rokok, jangan sentuh rokok sama sekali. Karena kalau anda hanya ingin mengurangi, maka anda tidak akan berhasil sama sekali lepas dari kebiasaan merokok.
14. Kalau perlu, belajarlah self hypnosis anda juga bisa mengasosikan rokok sebagai sesuatu yang tidak enak dan menjijikan atau hubungan dengan momen anda benar-benar tergugah untuk stop merokok.
15. Alihkan rokok dengan mengonsumsi permen atau cemilan rendah kalori.
16. Konsumsi vitamin, mineral,buah, sayuran dan banyak minum air putih(hal ini baik untuk detoksifikasi tubuh), usahakan minum air putih beberapa gelas setiap kali bangun pagi.
17. Rutin berolahraga.
18. Sadarlah bahwa nanti kita akan merasa marah, terganggu dan ingin sekali merokok, itulah tanda efek ketagihan nikotin. Itu akan menganggu kita seperti anak kecil, cuekin aja !seperti anak kecil kalau dicuekin ia bakal pergi.
19. Pikirkan waktu kita biasanya merokok, saat pesta, sebelum tidur, kumpul sama teman. Cari bagaimana caranya kita bisa melewati keadaan tersebut tanpa rokok dengan menyibukan mulut dan tangan.
20. Hindari teman yang medorong merokok. Cari teman yang juga ingin berhenti merokok atau tegaskan anda sedang ingin berhenti merokok.
3.2 Saran
1. Dengan mempelajari ini, kita dapat lebih mengetahui zat-zat berbahaya apa saja yang terkandung dalam asap rokok dan faktor-faktor penyebab seseorang merokok.
2. Sebagai seorang remaja, kita seharusnya bisa bertanggung jawab atas apa yang terjadi dari bahaya merokok bagi kesehatan tubuh diri kita sendiri dan orang lain karena sebagian besar perokok adalah kaum remaja. Oleh karena itu sebagai salah satu bentuk implementasi dari tanggung jawab tersebut terhadap perilaku merokok adalah dengan berusaha semaksimal mungkin menjadi remaja yang baik.



DAFTAR PUSTAKA

Arifin, E Zaenal. 2006. Penulisan Karangan Ilmiah. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Budiman, Muhammad Roni. 2008. “Makalah Pemanasan Global”. Dalamhttp://www.google.com/muhammad.asp

Suparman. 2008. “Bahaya Global Warming”. Dalam Kompas. 27 Mei. Jakarta.