Total Tayangan Halaman

Kamis, 07 April 2011

Meningkatkan Minat Baca Di Perpustakaan Dengan Optimalisasi Pelayanan

Buku mempunyai fungsi yang sangat banyak, contohnya sebagai catatan, bukti sejarah, tempat penuangan gagasan, sumber informasi, tempat pengetahuan dalam bentuk cetak dan referensi ilmiah.
Pentingnya perpustakaan adalah sebagi tempat perawatan dan pendataan buku agar tetap terjaga dari kerusakan. Di tempat inilah orang bisa mencari informasi yang dibutuhkan dari sumber bacaan. Seseorang dapat membaca di tempat dan bisa juga dengan membawanya pulang untuk dibaca di rumah.
Perpustakaan sebagai gudang tempat penyimpanan buku, seharusnya disajikan dengan tampilan yang menarik. Karena bagaimanapun juga, pengunjung memerlukan kenyamanan dalam pelayanannya. Hal inilah yang perlu diperhatikan untuk mengembangkan dan membudayakan masyarakat yang cinta perpustakaan. Pelayanan yang bersifat universal sangat dibutuhkan mengingat bahwa pengunjung perpustakaan berasal dari berbagai tingkat umur dan latar belakang sosial. Mulai dari anak-anak, remaja, orang tua hingga kakek-kakek adalah pengunjung perpustakaan umum. Perpustakaan yang berada di sekolah dan kantor tentu berbeda dengan perpustakaan umum. Kalau perpustakaan sekolah dan kantor, subjeknya jelas yaitu siswa beserta warga sekolah dan seluruh pegawai kantor. Sedangkan perpustakaan umum subjeknya bermacam-macam.
Tantangan datang ketika kita membahas tentang animo masyarakat terhadap perpustakaan. Mulai dari ketidaktahuan masyarakat akan pentingnya pengetahuan dari bentuk literature cetak, kurang menariknya tampilan hingga keengganan seseorang untuk membiasakan membaca. Padahal, kegemaran membaca dalam skala besar dapat dijadikan sebagai ukuran tingkat kemajuan suatu bangsa.
Nah, untuk mengatasi hambatan-hambatan itu, maka perlu adanya usaha dari pemerintah, pengelola dan masyarakat. Salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah dengan mengoptimalkan kinerja pengelola. Optimalisasi kinerja pengelola ini adalah suatu dasar pencitraan perpustakaan. Hal ini dapat dipahami karena seorang pengelola ataupun petugas perpustakaan langsung berhubungan dengan pembaca ketika sedang bertugas. Perlakuan dan tindakan yang mereka berikan kepada pengunjung akan mempengaruhi pandangan pengunjung. Pencitraan yang baik akan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya perpustakaan bagi kemajuan suatu peradaban. Sehingga, sedikit demi sedikit masyarakat yang cinta pustaka dapat menjadi kenyataan dalam memajukan kualitas bangsa ini.
LATAR BELAKANG MASALAH
Sepanjang sejarah umat manusia, membaca adalah aktivitas yang sangat berguna dalam mengembangkan kemampuan berpikirnya. Aktivitas membaca lambang-lambang yang kemudian kita sebut sebagai tuisan ini dimulai ketika manusia menemukan tulisan. Sebelumnya, manusia sudah dapat membaca melalui pertanda-pertanda dan isyarat yang masih sederhana. Keterampilan membaca memberikan sumbangan yang sangat luar biasa dalam mengembangkan teknologi. Aktivitas komunikasi dan hal-hal penting dapat dirangkum dalam tulisan.
Pada tahap selanjutnya, aktivitas membaca dalam bentuk tulisan ini mengalami perkembangan yang penting dengan dibukukannya pemikiran-pemikiran manusia. Hal inilah yang memunculkan terbentuknya sebuah tempat penyimpanan tulisan-tulisan hingga rekaman yang kita sebut sebagai perpustakaan. Suwarno (2007:12) mengungkapkan arti pentingnya perpustakaan bahwa perpustakaan selalu dikaitkan dengan buku, sementara buku dekat dengan kegiatan belajar. Maka, dapat disimpulkan bahwa perpustakaan sangat dekat dengan kegiatan belajar.
Kemajuan suatu bangsa dilihat dari seberapa banyak buku-buku yang dihasilkan. Jepang menerbitkan 100.000 judul buku pertahunnya, India sebagai Negara yang mengalami kemajuan pesat menghasilkan 60.000 judul per tahun (KR,6/12/2008:hal 4). Setelah buku-buku tercetak, permasalahannya adalah siapa saja pembacanya dan bagaimanakah penyimpanan buku-buku tersebut. Tingkat pendidikan dan jenis buku menetukan siapa saja subjek pembaca yang dituju. Semakin banyak perpustakaan menyediakan bacaan, maka semakin banyak pula orang-orang yang akan berkunjung.
Kebiasaan membaca dapat meningkatkan kemajuan, kesejahteraan dan pemikiran masyarakat. Untuk merealisasikan hal tersebut, maka perlu adanya usaha bersama. Tingkat kesadaran masyarakat yang masih rendah untuk mengunjungi perpustakaan merupakan kendala umum yang dialami pengelola perpustakaan. Faktor yang menyebabkan hal tersebut di antaranya adalah jarak perpustakaan dengan rumah, kurangnya sosialisasi tentang profil perpustakaan hingga minat baca masyarakat yang rendah.
Untuk mengatasi permasalahan itu dan menemukan solusinya maka diperlukan kerja sama antara pemerintah dan masyarakat. Pemerintah sebagai pengambil kebijakan dan pengelola perpustakaan sudah seharusnya memiliki inisiatif program agar keberadaan perpustakaan diketahui oleh masyarakat di daerahnya. Hal ini sangat penting karena perpustakaan dapat menyalurkan informasi teknologi, pemerintahan hingga sosialisasi program-program kemasyarakatan. Pemerintah, dalam hal ini pengelola institusi perpustakaan harus bekerja sama untuk menjalin komunikasi. Dengan kerja sama ini, harapannya minat masyarakat untuk mengunjungi perpustakaan semakin meningkat.
TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penulisan ini dalah untuk :
1. Menyumbangkan pemikiran tentang strategi agar masyarakat semaki mengenal perpustakaan di daerahnya.
2. Membantu pihak perpustakaan untuk menginformasikan arti pentingnya perpustakaan demi meningkatkan informasi tentang kemajuan teknologi dalam berbagai bidang.
3. Meningkatkan kemauan membaca masyarakat di perpustakaan.
LANDASAN TEORI
1. Minat baca masyarakat
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia minat diartikan sebagai kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu, gairah, keinginan (Depdikbud,1991:656). Menurut Whitterington, minat adalah kesadaran seseorang, bahwa suatu objek, seseorang, suatu soal atau suatu situasi mengandung sangkut paut dengan dirinya (1985:135). Sedangkan menurut Crow (dalam Siswoyo:2008), minat sangat erat kaitannya dengan dorongan, motif dan reaksi emosional. Minat bagi seseorang dapat timbul melalui kegiatan praktik mengamati, mencoba-coba dan melakukan inovasi. Minat juga dapat berhubungan dengan dorongan seseorang untuk menghadapi sesuatu.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa minat adalah suatu dorongan secara sadar yang memunculkan motif untuk melakukan sesuatu. Minat juga menjadi sebab terjadinya suatu tindakan atau motif sehingga seseorang melakukan reaksi emosional yang direncanakan maupun spontan.
2. Pengertian Perpustakaan
Perpustakaan berasal dari kata dasar pustaka. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud:1991), pustaka artinya kitab atau buku. Dalam bahasa Inggris, perpustakaan dinyatakan dengan library. Istilah ini berasal dari kata latin libri . Dari kata latin tersebut terbentuklah istilah libraries, tentang buku. Dalam bahasa asing lainnya, perpustakaan disebut bibliotheca (Belanda), yang juga berasal dari bahasa Yunani biblia yang artinya tentang buku, kitab.
Batasan istilah perpustakaan adalah sebuah gedung ataupun gedung itu sendiri yang digunakan untuk menyimpan buku dan terbitan lainnya yang biasa disimpan menurut tata susunan tertentu untuk digunakan pembaca, bukan untuk dijual (Suwarno:1991,3)
Dalam undang-undang No. 43 tahun 2007, perpustakaan adalah institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak dan/atau karya rekam secara professional dengan sistem yang baku, guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi dan rekreasi para pemustaka.
Dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa perpustakaan adalah tempat yang digunakan untuk menyimpan buku dan bahan tulisan baik dalam bentuk cetak maupun elektronik dengan susunan tertentu untuk dibaca. Perpustakaan juga dapat digunakan sebagai ruang transformasi melalui informasi di dalamnya.
3. Hakikat Perpustakaan
Perpustakaan sebagai tempat menyimpan bermacam-macam buku memiliki andil yang sangat besar bagi pencerahan, pertukaran informasi dan ilmu pengetahuan kepada masyarakat. Hakikat perpustakaan adalah sebagai sarana pelestarian bahan pustaka. Dalam hal ini peran bahan pustaka adalah sebagai hasil budaya dan mempunyai fungsi sebagai sumber informasi, ilmu pengetahuan, teknologi dan kebudayaan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional.
PEMBAHASAN
Kesulitan utama ketika kita membicarakan tentang minat baca masyarakat terhadap perpustakaan adalah kenyataan bahwa kebiasaan membaca belum menjadi kebutuhan dalam masyarakat kita. Sebagian masyarakat berpandangan bahwa kegiatan membaca hanya diperuntukan bagi para pelajar dan orang-orang yang duduk di kantoran. Padahal, kita juga tahu bahwa sebagian besar anggota masyarakat masih berpendidikan rendah. Ada yang lulusan SD, SMP, SMA, sedangkan yang mengenyam bangku perkuliahan masih sedikit.
Kondisi ini sedikit banyak telah menyebabkan tingkat kegemaran membaca rata-rata oleh masyarakat masih rendah. Jangankan pergi ke perpustakaan, untuk membaca koran yang telah tersedia di papan-papan pinggir jalan pun masih sedikit. Padahal, sebenarnya banyak informasi yang dapat dimanfaatkan oleh semua lapisan masyarakat dari surat kabar.
Jadi, sebenarnya pemerintah dalam hal ini pengelola institusi perpustakaan daerah memiliki banyak pekerjaan rumah untuk memasyarakatkan perpustakaan. Dalam hal ini pemerintah dituntut untuk mencitrakan perpustakaan agar tidak hanya dianggap berguna bagi pelajar atau orang-orang berpendidikan, tetapi dapat menjamah seluruh lapisan masyarakat. Meski dengan porsi yang berbeda-beda dan bertahap.
Melihat permasalahan ini, maka ada beberapa hal yang perlu dibenahi dalam pengelolaan perpustakaan agar dapat memasyarakat. Kita harus selalu ingat bahwa kemajuan suatu masyarakat itu juga didukung oleh kesadaran membaca masyarakat yang tinggi. Kesadaran membaca yang tinggi ini secara otomatis akan mempercepat pertukaran dan transfer informasi tentang perkembangan ilmu pengetahuan. Optimalisasi pelayanan menjadi kunci penting dalam meningkatkan minat baca masyarakat di perpustakaan. Susanto (2009), mengatakan bahwa untuk menarik minat masyarakat, maka pihak pengelola perpustakaan harus mengedepankan kepuasan kepada pelanggan atau pemustaka, di mana ketika datang di ruangan perpustakaan disapa dengan ramah, senyum, sopan, dilayani dengan cepat dan sapaan, “ Apa yang dapat kami bantu ?”
Namun, pada kenyataannya masih banyak petugas yang tidak mengedepankan prinsip ini. Nah, untuk itu perlu sekiranya pelayanan itu semakin ditingkatkan karena pengunjung adalah denyut nadi dari keberadaan suatu perpustakaan. Pertama, dengan adanya penguatan di antara petugas dengan peningkatan frekuensi komunikasi yang efektif. Komunikasi yang baik akan membuat koordinasi antar petugas menjadi lancar dan memungkinkan pelayanan dapat terus meningkat dan optimal. Salah satu kegiatan yang digunakan untuk mengakrabkan pengelola adalah dengan melaksanakan out bond. Di samping untuk menyegarkan otak, kegiatan ini juga dapat mendekatkan masing-masing individu.
Kedua, dengan koranisasi di depan kantor perpustakaan. Pengalaman yang biasa di perpustakaan adalah bahwa koran ditaruh di dalam perpustakaan dan disatukan tiap halaman suatu surat kabar. Akibatnya, pembaca harus bergantian untuk menunggu giliran membaca. Solusinya adalah dengan pengadaan papan baca di sebelah kanan dan kiri perpustakaan. Tidak perlu semua jenis koran, tetapi paling tidak yang membahas banyak tentang wilayah (lokal). Hal ini sangat penting dan diperlukan sebagai penarik minat masyarakat untuk datang ke perpustakaan. Di samping itu, secara perlahan keberadaan perpustakaan akan semakin diterima oleh semua golongan usia masyarakat dengan terlihatnya aktivitas membaca dari luar lingkungan perpustakaan.
Setelah minat masyarakat tumbuh, maka yang perlu dilakukan selanjutnya adalah dengan penambahan koleksi bacaan. Bacaan yang bervariasi sesuai dengan kebutuhan masyarakat akan menyadarkan pentingnya perpustakaan sebagai tempat pertukaran informasi dan pengetahuan secara sedikit demi sedikit.
Tentunya semua usaha tak akan lepas dari kesalahan. Maka, langkah keempat adalah dengan pengadaan kotak aspirasi. Penyaluran aspirasi perlu mendapat tanggapan langsung dari pengunjung. Bagaimanapun, pengunjung adalah orang yang menikmati dan merasakan pelayanan yang telah diberikan dari pengelola perpustakaan. Segala kenyamanan akan mempengaruhi data dan peningkatan minat masyarakat untuk mengunjungi.
Pelayanan yang baik mengurangi biaya operasional untuk alokasi sosialisasi. Pasalnya, ketika seseorang menganggap bahwa pelayanan di perpustakaan nyaman, maka mereka akan menginformasikannya pada orang lain. Orang tersebut kemudian tertarik untuk membuktikan, jika cocok maka tidak menutup kemungkinan bahwa sosialisasi terhadap citra perpustakaan ini akan menarik banyak pembaca. Tentu saja optimalisasi pelayanan ini tergantung dari komitmen dari pihak pengelola perpustakaan. Kreativitas peningkatan pelayanan menjadi nilai lebih dalam rangka peningkatan kinerja.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. Dicari : Guru yang Bisa Menulis. Yogyakarta : Kedaulatan Rakyat, edisi 06 Desember 2008
Depdikbud. 1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka
Siswoyo, Dwi. 2008. Ilmu Pendidikan. Yogyakarta : UNY Press
Suwarno, Wiji. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Perpustakaan : Sebuah Pendekatan Praktis. Yogyakarta : Ar-ruz Media
Whitterington1985. Psikologi Pendidikan.terj. M.Buchori, Jakarta: Angkasa Baru
Depdagri. 2007. Undang-Undang Republik Indonesia tentang Perpustakaan. http://www.depdagri.go.id. Diambil pada hari Sabtu, 19 September 2009
Susanto, Eddy. 2009. Peningkatan Minat Baca Masyarakat di Kabupaten Bantul. http://perpustakaan.bantulkab.go.id.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar